BREAKING NEWS

A-ROOZIQ - Bag.2 - Konsekuensi Kita terhadap Sifat Allah Ini

Iman yang benar atas Nama Allah ini, adalah dengan cara meyakini bahwasanya tak ada yang memberi rizki kecuali hanya Allah saja. Dan jangan sampai kita meminta-minta pada selainnya. 

Jangan sampai diri kita percaya pada apa yang orang-orang lakukan dengan meminta pada selain Allah. Beberapa orang meminta rizki pada roh, makam, dan lain sebagainya. Bahkan, ada orang yang mengikuti ritual pesugihan untuk menjadi kaya.  Padahal meminta kepada selain Allah sangatlah dilarang. Bahkan, hal ini bisa membuat pelakunya menyekutukan Allah. Ini adalah perbuatan syirik yang dilarang dalam syariat. Hanya Allah yang bisa memberikan apa yang mereka minta. Tak ada selain-Nya. 

Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah berfirman, 
“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan." 
(HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari).

Allah tak akan kekurangan apapun ketika kita meminta pada-Nya. Karena Allah Maha Kaya. Apa yang kita minta tak akan mengurangi sedikitpun dari kekayaan-Nya. Bahkan, dalam hadits di atas disebutkan bahwa permisalannya bagaikan kita mencelupkan benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan. 
Menjemput Rizki

Allah memang sudah menyiapkan rizki bagi setiap makhluk-Nya. Namun, kita haruslah menjalankan suatu usaha untuk mendapatkannya. Hal inilah yang disebutkan oleh para ulama sebagai "Akhdzussabab"
Memang, diri kita sudah memiliki jatah rizki masing-masing. Tapi, bukan berarti kita duduk-duduk saja dan berpangku tangan. Kita haruslah melakukan hal yang bisa mendekatkan jatah rizki kita pada diri ini. 

Para Nabi terdahulu juga bekerja, Nabi Muhammad menggembalakan kambing milik penduduk Makkah di waktu kecil. Berdagang ke Syam membawa barang dagangan milik Khadijah. 

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, 
"Tidaklah seseorang memakan suatu makanan yang lebih baik dari makanan yang ia makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Karena, Nabi Daud ‘alaihis salam dahulu bekerja pula dengan hasil kerja keras tangannya."
 (HR. Bukhari no. 2072)

Dan apa yang didapatkan seseorang dari hasil bekerja mengeluarkan keeingatnya sendiri adalah sesuatu yang paling baik. Hal ini juga lebih baik daripada kita meminta-minta. 

Dari Zubair bin Awwam Rhodiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, "Seseorang mengambil tali yang dimiliki olehnya, kemudian dia datang dengan membawa seikat kayu di atas punggungnya lalu ia menjualnya, maka Allah cukupkan dengannya wajahnya, lebih baik baginya daripada dia meminta-minta pada orang diberi ataupun tidak." 
(Hadits Riwayat Bukhari, Ibnu majah. Dan ini adalah lafal Bukhari) 

Kita harus memilih jalan yang baik dalam mencari rizki. Tempuhlah jalan yang halal, agar kelak apa yang kita dapatkan akan menjadi berkah bagi kita dan keluarga kita. Jangan sampai diri ini memberikan nafkah pada keluarga dari cara-cara yang haram dan dilarang oleh syariat. 

Banyak sekali jalan-jalan mencari rizki yang halal. Salah satunya adalah dengan berjual beli. Bisa juga melalui jasa yang bisa kita lakukan untuk orang lain. Tidaklah kita akan meninggalkan dunia ini, kecuali Allah telah memberikan rizki bagian kita di dunia ini. 

Hal ini pernah dipesankan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya. 
Dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Wahai umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga ia benar-benar telah mengenyam seluruh rezekinya, walaupun terlambat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang baik dalam mencari rezeki. Tempuhlah jalan-jalan mencari rezeki yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah no. 2144, dikatakan sahih oleh Syaikh Al Albani).

Kita harus meyakini bahwasanya Allah Maha Pemberi Rizki, dan kita juga harus menempuh jalan untuk menjemput rizki yang telah Allah siapkan bagi kita itu. 



Oleh: Ahmad Yusuf Abdurrohman

         (Mahasiswa LIPIA Jakarta)


Referensi:

1. Syarh kitab tauhid, Syaikh Shalih Fauzan.
2. Taisiirul Kariimirrohman fi tafsiiri kalaamil mannan, Syaikh Abdurrahman Nashir Assa'di.
3. Tafsir Muyassar.


Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 nasehatku.com. Designed by Nasehat Taujih