Membesarkan dan merawat anak hingga menjadi
pribadi mulia itulah tanggunjawab yang
harus diemban oleh sosok orangtua. Sosok yang tak pernah mengenl lelah dari
pagi hingga petang demi sang buah buah hati. Merekalah sang pahlawan tanpa
mengharapkan imbalan. Kasih sayang dan penuh kasih selalu mereka curahkan untuk
putra putri tercinta.
Meski terkadang perjuangan mereka tidak selalu seperti
apa yang diharapkan, tapi semua itu tidak menjadi alasan orangtua untuk tetap
menyayangi putranya hingga akhir hayat. Karena jasa-jasa beliaulah kita bisa
tumbuh hingga saat ini. Kita sebagai anaknya tentu kita tidak akan pernah mampu
membalas jasa kedua orangtua. Dalam Al-qur’an pun telah diperintahkan untuk
birrul walidain atau berbakti kepada orangtua. Sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Ahqaf/46:51 yang berbunyi :
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُه وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
Artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik
kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah
tiga puluh bulan (Al-Ahqaf:15)
Dalam surat tersebut telah disampaikan bagaimana lelah
dan pilunya orangtua terutama ibunda dalam mengurus anak. Mulai dari masa prenatal
dalam kandungan, menyusui, menyapih hingga menikahkannya. Oleh karenanya
berbakti kepada orangtua merupakan suatu kewajiban bagi seorang anak. Namun apa
jadinya jika anak justru durhaka kepada orangtua?
Apa
itu Durhaka?
Durhaka kepada orangtua atau dalam Islam dikenal
dengan uqûqul wâlidain merupakan salah satu dosa besar. Secara
bahasa, durhaka berasal dari kata al ‘uquuq yang artinya memutus. Makna memutus
itu sendiri merupakan mematahkan ketaatan hubungan anak dengan orangtua baik
berupa perbuatan maupun ucapan.
Sosok ibu yang rela
bertaruh nyawa demi melahirkan buah hati tercinta dan sosok ayah yang banting
tulang demi membesarkan putra putrinya. Meski tak meminta harapan namun hati
mereka akan tersakiti tatkala putranya bertindak durhaka meski hanya dengan
sebuah ucapan.
Dalam hadist shahih
Riwayat Bukhari menjelaskan bahwa durhaka kepada orangtua merupakan dosa besar
seperti halnya syirik. Adapun hadist tersebut ialah
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِىٌّ إِلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْكَبَائِرُ؟ قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ» قَالَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «ثُمَّ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ» قَالَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «الْيَمِينُ الْغَمُوسُ» قُلْتُ: وَمَا الْيَمِينُ الْغَمُوسُ؟ قَالَ: «الَّذِى يَقْتَطِعُ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ هُوَ فِيهَا كَاذِبٌ».
Artinya :
Dari Abdullâh bin ‘Amr, ia berkata: Seorang Arab
Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai
Rasûlullâh, apakah dosa-dosa besar itu ?” Beliau menjawab, “Isyrak
(menyekutukan sesuatu) dengan Allâh”, ia bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau
menjawab, “Kemudian durhaka kepada dua orang tua,” ia bertanya lagi, “Kemudian
apa ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah yang
menjerumuskan”. Aku bertanya, “Apa sumpah yang menjerumuskan itu?” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah dusta yang menjadikan dia mengambil
harta seorang muslim”. (HR al-Bukhâri, no. 6255)
- BACA : AR-ROOZIQ - Bag.1 - Allah Sebaik Baik Pemberi Rezeki
- BACA : AL - KHOLIQ - UNTUK APA KITA DICIPTAKAN ? - BAG.2
- BACA : HADITS (6) : INGIN JAUH DARI API NERAKA ? CEGAHLAH KEMUNGKARAN
Oleh karena itu
muliakanlah dan hormatilah kedua orangtuamu, jangan sampai bujuk dan rayuan
syetan menguasai pikiran dan hati untuk durhaka kepada kedua orangtua. (Rina/Magelang)
Posting Komentar