BREAKING NEWS

Akankah Kita Menjadi Anak Yang Durhaka Kepada Orangtua?


Membesarkan dan merawat anak hingga menjadi pribadi  mulia itulah tanggunjawab yang harus diemban oleh sosok orangtua. Sosok yang tak pernah mengenl lelah dari pagi hingga petang demi sang buah buah hati. Merekalah sang pahlawan tanpa mengharapkan imbalan. Kasih sayang dan penuh kasih selalu mereka curahkan untuk putra putri tercinta.


Meski terkadang perjuangan mereka tidak selalu seperti apa yang diharapkan, tapi semua itu tidak menjadi alasan orangtua untuk tetap menyayangi putranya hingga akhir hayat. Karena jasa-jasa beliaulah kita bisa tumbuh hingga saat ini. Kita sebagai anaknya tentu kita tidak akan pernah mampu membalas jasa kedua orangtua. Dalam Al-qur’an pun telah diperintahkan untuk birrul walidain atau berbakti kepada orangtua.  Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahqaf/46:51 yang berbunyi :

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۖ وَحَمْلُه وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا

Artinya:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan (Al-Ahqaf:15)


Dalam surat tersebut telah disampaikan bagaimana lelah dan pilunya orangtua terutama ibunda dalam mengurus anak. Mulai dari masa prenatal dalam kandungan, menyusui, menyapih hingga menikahkannya. Oleh karenanya berbakti kepada orangtua merupakan suatu kewajiban bagi seorang anak. Namun apa jadinya jika anak justru durhaka kepada orangtua?


Apa itu Durhaka?


Durhaka kepada orangtua atau dalam Islam dikenal dengan uqûqul wâlidain  merupakan salah satu dosa besar. Secara bahasa, durhaka berasal dari kata al ‘uquuq yang artinya memutus. Makna memutus itu sendiri merupakan mematahkan ketaatan hubungan anak dengan orangtua baik berupa perbuatan maupun ucapan.


Sosok ibu yang rela bertaruh nyawa demi melahirkan buah hati tercinta dan sosok ayah yang banting tulang demi membesarkan putra putrinya. Meski tak meminta harapan namun hati mereka akan tersakiti tatkala putranya bertindak durhaka meski hanya dengan sebuah ucapan.
Dalam hadist shahih Riwayat Bukhari menjelaskan bahwa durhaka kepada orangtua merupakan dosa besar seperti halnya syirik. Adapun hadist tersebut ialah

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو - رضى الله عنهما - قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِىٌّ إِلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْكَبَائِرُ؟ قَالَ: «الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ» قَالَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «ثُمَّ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ» قَالَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: «الْيَمِينُ الْغَمُوسُ» قُلْتُ: وَمَا الْيَمِينُ الْغَمُوسُ؟ قَالَ: «الَّذِى يَقْتَطِعُ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ هُوَ فِيهَا كَاذِبٌ».

Artinya :
Dari Abdullâh bin ‘Amr, ia berkata: Seorang Arab Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Wahai Rasûlullâh, apakah dosa-dosa besar itu ?” Beliau menjawab, “Isyrak (menyekutukan sesuatu) dengan Allâh”, ia bertanya lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian durhaka kepada dua orang tua,” ia bertanya lagi, “Kemudian apa ?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah yang menjerumuskan”. Aku bertanya, “Apa sumpah yang menjerumuskan itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Sumpah dusta yang menjadikan dia mengambil harta seorang muslim”. (HR al-Bukhâri, no. 6255)

Oleh karena itu muliakanlah dan hormatilah kedua orangtuamu, jangan sampai bujuk dan rayuan syetan menguasai pikiran dan hati untuk durhaka kepada kedua orangtua. (Rina/Magelang)

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 nasehatku.com. Designed by Nasehat Taujih