BREAKING NEWS

Asal Muasal Shalat Malam Nishfu Sya’ban



Alhamdulillah wasshalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa Ba’da:

Adapun asal-usul Shalat khusus yang dilakukan pada malam nishfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban), adalah bersumber dari kisah yang dinukil oleh Abu Syama Al-Maqdisiy, dimana beliau bercerita: 
“Kisah Shalat ini merujuk pada tulisan Ath-Thurtusiy dalam kitabnya, Abu Muhammad Al-Maqdisiy menceritakannya kepadaku, dia berkata: di Baitil Maqdis (Yerusalem) kami tidak mengenal Shalat raghaib seperti yang dikerjakan pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan untuk pertama kalinya shalat ini dikerjakan ditengah-tengah kami adalah pada tahun 448 H, seseorang yang bernama Ibnu Abil Hamra’ dari Nablus mendatangi kami di Baitil Maqdis, dia dikenal dengan tilawahnya yang indah, dia bangkit mengerjakan Shalat pada malam nishfu Sya’ban di Masjidil Aqsha, tiba-tiba seorang laki-laki bertakbiratul ihram dibelakangnya, sesaat kemudian orang ketiga dan keempat bergabung, dan tidaklah Shalat tersebut selesai kecuali jumlah mereka bertambah banyak. Kemudian ditahun berikutnya orang tersebut kembali datang, dan banyak orang yang Shalat bersamanya, shalat ini pun menyebar di Masjid, dan tersiar dipenjuru Masjidil Aqsha, pemukiman dan rumah-rumah warga, sehingga amalan ini seperti sunnah yang dikenal hingga zaman kita sekarang.” (Al-ba’its ‘ala inkaril bida’ wal hawadits, Hal-9)


Inilah yang kemudian dilariskan oleh para pendusta melalui hadits-hadits palsu yang menyebutkan tentang keutamaannya, Ibnul Qayyim berkata;

 “Shalat ini diada-adakan dalam Islam setelah tahun 400 H, yang berasal dari Baitil Maqdis, ada beberapa Hadits yang dibuat untuk amalan ini dan tidak ada sedikitpun yang shahih.” (Al-Manar Al-Munif, Hal-86)

Dengan demikian, telah jelas bahwa Shalat ini tidak pernah dikerjakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak pernah dikerjakan oleh para Sahabat yang mulia radhiallahu ‘anhum, dan tidak juga oleh para Tabi’in, Ibnu Taimiyyah berkata: 

“Shalat ini belum pernah dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak ada satupun Sahabat atau Tabi’in yang mengerjakannya, begitu juga para Imam kaum muslimin, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menganjurkannya, demikian pula para Salaf, dan para Imam, dan mereka tidak pernah menyebutkan keutamaan khusus malam ini, adapun hadits yang disandarkan kepada Nabi terkait amalan ini adalah dusta dan palsu menurut kesepakatan para Ahli dibidang tersebut, maka dari itu para muhaqqiqun (peneliti ahli) menganggapnya makruh dan tidak dianjurkan.” (Al-fatawa Al-Kubra, Hal-2/262)


Dari uraian diatas, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk mengerjakan shalat di malam itu, tidak ada keutamaan khusus untuk shalat tersebut, yang ada adalah amalan yang sering dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin baik di bulan sya’ban maupun di bulan-bulan lainnya, seperti tahujjud atau qiyamullail, membaca Al-Quran, berdzikir, serta amalan lainnya yang disunnahkan, tanpa mengkhususkan suatu amalan dengan tujuan mendapatkan pahala atau keutamaan tertentu, dan sebaik-baik amalan yang kita kerjakan adalah yang sesuai dengan petunjuk dan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, karena amalan yang dilakukan bahkan dikhususkan untuk satu waktu tanpa ada perintah jelas dari Nabi maka kita takut amalan tersebut tertolak, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam;

"من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد"


Artinya: 
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak bersumber kepada perintah kami maka (amalan itu) tertolak”.
(H.R.Muslim; 1718)

Semoga bulan Sya’ban yang tersisa bisa kita maksimalkan dengan amalan-amalan yang dicintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti memperbanyak berpuasa dibulan ini, karena bulan ini merupakan bulan dimana amalan-amalan kita diangkat kepada Allah Azza wa Jalla, sebagaimana sabda Nabi, yang diriwayatkan oleh Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu berkata:

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ، قَالَ: "ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ".


Artinya:
Aku bertanya; "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, aku belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya'ban?" Beliau bersabda: "Itulah bulan yang manusia lalai darinya, di antara bulan Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan yang didalamnya amal perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, maka aku senang amalanku diangkat ketika aku sedang berpuasa."
(H.R.An-Nasa’i: 2317, dihasankan oleh Al-Albaniy)

Wallaahu A’laa wa A’lam
Semoga bermanfaat,
Washallallahu ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi washahbihi wasallam.

Oleh : Imran Bukhari Ibrahim, Lc,. M.H.

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 nasehatku.com. Designed by Nasehat Taujih