BREAKING NEWS

HATI-HATI, DUSTAMU MERUSAK PAHALA PUASAMU

Berbohong mungkin menjadi salah satu hal yang sulit ditinggalkan bagi sebagian orang. Kebohongan yang sudah menjadi tabiat dan karakter seseorang akan sulit dilepaskan, seperti jati diri.  Namun bagaimana jika berbohong masih dilakukan selama bulan ramadan?

Menurut mayoritas ulama, berdusta bukan merupakan hal yang membatalkan puasa. Hal-hal yang membatalkan puasa hanyalah makan, minum dan jima’ (berhubungan intim). Walaupun begitu, berdusta akan menghapus pahala puasa.
Terlebih lagi, berbohong akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan jahat. Sedangkan kejahatan akan mengantarkan manusia kedalam neraka. Seseorang yang suka berdusta akan dicatat di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai seorang pendusta, Astaghfirullah hal adzim.

Apakah Dusta Membatalkan Puasa?

Bulan ramadan merupakan bulan suci yang memiliki tujuan untuk memperbanyak ibadah dan pahala. Selain itu, puasa bertujuan untuk membuat seseorang menjadi takwa. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat Al baqarah ayat 183 :

يَٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ألَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Untuk memperoleh ketakwaan di bulan ramadan, sudah seharusnya umat muslim meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Salah satunya ialah dusta. Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda :
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkatan dusta dan (malah) melakukannya. Maka Allah Subhanahu wa ta’ala tidak butuh dengan lapar dan haus yang ia tinggalkan (tahan)”.

Hadist dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut bermakna bahwa Allah tidak menyukai perbuatan dusta apalagi jika dilakukan selama bulan ramadan. Bahkan karena dusta, lapar dan haus yang telah ditahan orang tersebut selama seharian penuh tidak akan dianggap oleh Allah. 
Dusta merupakan sumber dari segala perbuatan buruk. Berdusta menyebabkan seseorang kehilangan kehormatan dan reputasi. Seseorang yang terbiasa berbohong tidak akan dipercaya orang lain baik omongan maupun janjinya. Oleh sebab itu, dalam islam dusta adalah haram. Jika dusta adalah perbuatan buruk, mengapa banyak orang yang masih berdusta?

Hal ini bisa terjadi karena faktor ketidaktahuan, lingkungan atau bisa jadi karena lemahnya iman. Iman yang lemah merupakan musibah. Terkadang berdusta juga dikarenakan sifat yang tamak dan rakus sehingga ia mau melakukan pemalsuan untuk mengenyangkan rasa tamak dan rakusnya.
Puasa dengan berdusta akan menjadi sia-sia. Sebaliknya umat muslim diwajibkan untuk melakukan perbuatan baik, bersedekah dan memperoleh pahala di bulan ramadan.

Dengan kata lain, berdusta selama berpuasa tidak akan membatalkan puasa namun puasanya tidak akan mendapat pahala. Sehingga puasa yang ia lakukan hanya sebatas menggugurkan kewajiban saja. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi :

مُقْتَضَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ فَعَلَ مَا ذُكِرَ لَا يُثَابُ عَلَى صِيَامِهِ ، وَمَعْنَاهُ أَنَّ ثَوَاب الصِّيَام لَا يَقُومُ فِي الْمُوَازَنَةِ بِإِثْم الزُّور وَمَا ذُكِرَ مَعَهُ

“Konsekuensi dari hadist tersebut, siapa saja yang melakukan dusta yang telah disebutkan, balasan puasanya tidak berikan. Pahala puasa tidak ditimbang dalam timbangan karena becampur dengan dusta dan yang disebutkan bersamanya”(Fath Al-Bari 4:117)

Selain berdusta, perbuatan buruk lain juga harus dijauhi selama berpuasa yaitu menjaga lisan. Menjaga lisan berarti tidak berkata keji apalagi sampai memfitnah. Menjaga lisan juga berarti mampu menahan amarah sehingga tidak berteriak-teriak dan berkata kotor. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist riwayat Bukhari 1904 dan Muslim 1151 :

الصِّيَامُ جُنَّةٌ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

“Puasa adalah membentengi diri, maka bila salah seorang kamu di hari ia berpuasa janganlah berkata kotor dan jangan teriak-teriak, dan jika seseorang memakinya atau mengajaknya bertengkar hendaklah ia mengatakan “Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” 

Dalam hadist tersebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan untuk bersabar dan menahan diri ketika ada yang memaki, menghina atau diajak berkelahi. Lebih lanjut Rasul mengajarkan untuk menyampaikan “saya sedang berpuasa” kepada lawan bicara supaya mereka tahu bahwa kita tidal membalasnya karena lemah namun karena sedang berpuasa.

Berpuasa bermaksud menahan diri dari segala hal yang dapat membatalkannya. Bukan hanya makan dan minum saja namun juga hawa nafsu. Selain itu, puasa juga menahan diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berdusta.

Sebagai umat muslim yang bertakwa, hendaknya Tinggalkan hal-hal yang berpotensi membatalkan pahala puasa. Sebaliknya, selama bulan suci ramadan carilah pahala dan ridho Allah Subhanahu wa ta’ala sebanyak-banyaknya.(Sakina/Sidoarjo)

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 nasehatku.com. Designed by Nasehat Taujih