BREAKING NEWS

BELAJAR DARI MUHTASIB CILIK


Muhtasib adalah seseorang yang menegakkan Amar Makruf Nahi Mungkar baik secara formal seperti aparat yang ditunjuk oleh pihak berwenang maupun non formal yang melakukannya secara sukarela seperti Da'i dan Aktivis, di zaman salafushshalih (generasi terbaik Umat Islam) sejak kecil anak-anak sudah dididik dan dibiasakan dengan sikap tidak tinggal diam ketika melihat suatu kemungkaran, nasehat kebaikan dan nilai-nilai Islam begitu kuat mengakar dalam karakter pendidikan yang mereka dapatkan, sehingga praktek arahan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika melihat kemungkaran sangat kental dalam kehidupan mereka:

"Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman."
(H.R.Muslim, No.70)


Mereka adalah generasi yang pantas dengan pujian Allah didalam Al Quran:

Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.
(Q.S. Ali 'Imran, 110)


Berikut sebuah kisah yang semoga saja bisa menggugah keimanan kita, untuk menilai seperti apa generasi penerus kita sekarang ini, dan nilai-nilai apa saja yang telah kita tanamkan kepada mereka.

Beberapa anak laki-laki dari wilayah Bahrain (Arabia Timur) sedang bermain Asshawalijah (bola yang dipukul dengan tongkat sejenis hoki), tidak jauh dari tempat mereka ada seorang uskup (wali gereja/pimpinan gereja setempat) yang sedang duduk, tanpa sengaja bola mengenai dada sang uskup, ia pun mengambil bola tersebut, mereka mendatangi sang uskup dan meminta agar bola mereka dikembalikan, sang uskup menolak, seketika salah seorang dari mereka berkata: "aku meminta kepadamu dengan hak Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kembalikan bola itu kepada kami".

Anak-anak itu sudah meminta dengan baik, bukannya mengembalikan bola sang uskup malah mencaci Rasulullah shallallahu 'alaiha wasallam, sontak hal itu membuat anak-anak marah dan menyerangnya dengan tongkat, mereka terus memukulinya hingga meregang nyawa.

Peristiwa ini dilaporkan kepada Umar radhiallahu 'anhu, dan demi Allah, Umar belum pernah bergembira dengan kemenangan dan ganimah (harta rampasan perang) melebihi kegembiraannya ketika anak-anak itu membunuh sang uskup, dia berkata: "sekarang Islam telah berjaya, mereka anak-anak kecil mendengar Nabi mereka dicaci, mereka marah dan melakukan pembelaan, lalu tertumpahlah darah seorang uskup.
(Az Zamakhsyariy, Rabi'ul Abror, 5/30)


Agar kita tidak salah dalam memahami kisah ini, patut dicatat bahwa ketika itu mereka hidup dibawah naungan Negara Islam yang wajib menerapkan ajaran Islam secara totalitas, dan sangat jelas bagi mereka bahwa hukuman mati adalah balasan bagi mereka yang menghina, mencaci dan mengolok-olok Allah Azza Wajalla dan Rasul-Nya. Islam tidak mengajarkan pembunuhan, yang ada adalah aturan serta batasan-batasan yang jelas yang ketika dilanggar akan ada balasan setimpal atas perbuatan tersebut.

Lihatlah adab yang ditunjukkan anak-anak dalam kisah ini, mereka meminta dengan baik mainan mereka, tapi sungguh malang nasib sang uskup yang membalasnya dengan hinaan dan cacian, kalaulah itu diarahkan kepada mereka, maka kita akan anggap setimpal karena bola tersebut mengenai dada sang uskup walaupun tidak disengaja, namun sebuah kesalahan besar terjadi ketika sang uskup mencaci Nabi mereka, sosok yang diperjuangkan dan dibela oleh orang tua mereka meski harus berkorban jiwa dan harta, sosok yang mereka cintai melebihi apapun didunia ini, pantaslah mereka marah dan geram, kemungkaran besar ada dihadapan mereka dan akhirnya nyawa sang uskup menjadi taruhannya.

Karakter seperti inilah yang perlu kita tanamkan dalam pendidikan anak-anak kita, karakter kesatria yang memiliki jiwa pejuang dan ketegasan dalam beragama, bahwa yang hak adalah hak yang harus diamalkan dan diperjuangkan, dan yang batil adalah batil yang harus dicegah, sehingga akidah mereka jelas bahwa Islam adalah kehidupan dan bukan jalan untuk mencari penghidupan dengan menjual agama dan mengabaikannya demi kehidupan duniawi, kehidupan diatas jalan Allah dan Agama yang Haq ini harus diperjuangkan, karena dengan itulah Hak Allah untuk disembah dan tidak dipersekutukan dengan sesuatu apapun bisa tegak dibumi-Nya ini.

Wallahu A'lam
Oleh : Imran Bukhari Ibrahim, Lc. M.H

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 nasehatku.com. Designed by Nasehat Taujih