BREAKING NEWS

KUALITAS PESERTA DIDIK MENURUN DAN KELUARGA MISKIN TERANCAM PUTUS SEKOLAH KARENA COVID


Penutupan sekolah akibat pandemi Covid-19 berdampak buruk pada hasil pembelajaran jutaan anak di dunia, termasuk Indonesia. Efek pandemi menambah kendala yang dihadapi anak-anak miskin dalam menuntaskan pendidikan.

Laporan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) 2020 yang diterbitkan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 7 Juli 2020 menyebut, penutupan sekolah menghambat akses pendidikan. Penutupan sekolah di lebih dari 190 negara, termasuk Indonesia, mengakibatkan 90 persen atau 1,5 miliar siswa tak dapat sekolah. Sekitar 500 juta siswa atau 33 persen tak bisa mengikuti pembelajaran jarak jauh karena kendala akses perangkat teknologi dan internet.

Kesenjangan digital membuat anak yang selama ini terpinggirkan kian tersisih. Di Indonesia, banyak siswa belum memiliki akses pada komputer dan internet. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2019, baru 53,06 persen siswa usia 5-24 tahun yang bisa mengakses internet dan 23,5 persen siswa memakai komputer.

Survei Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 3-8 April 2020 menyebut, 30,6 persen SD menerapkan pembelajaran jarak jauh secara luring atau di luar jaringan karena akses internet terbatas. Menurut catatan Kompas, sejumlah anak berhenti sekolah karena faktor geografis.

Siswa mengumpulkan soal ulangan semester genap tahun ajaran 2019/2020 yang telah dikerjakan di rumah di TK Al-quran Plus Kusrini, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Jumat (5/6/2020). Soal ulangan tersebut terpaksa dikerjakan siswa di rumah masing-masing karena pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19.

Karena itu, kata Wakil Sekretaris Jenderal untuk Urusan Ekonomi dan Sosial PBB Liu Zhenmin, penutupan sekolah yang berkepanjangan menyebabkan tingkat retensi (kemampuan mengingat materi) dan kelulusan lebih rendah serta memperburuk hasil belajar. Hal itu terutama terjadi pada siswa yang rentan, termasuk dari keluarga miskin dan siswa penyandang cacat.

Mengutip Anggi Afriansyah, peneliti sosiologi pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, diperlukan kebijakan yang fleksibel dan berpihak kepada siswa marjinal. (FRANS PATI Herin/Fabio Lopes/Fajar Ramadhan/Yovita Arika)

Sumber: Kompas.id

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 nasehatku.com. Designed by Nasehat Taujih