Pada Sabtu (21/01/2022) malam lalu, di depan Balai Kota Malang, digelar sebuah acara yang dihadiri oleh komunitas budaya dan agama Jawa Timur. Acara tersebut meliputi doa lintas agama dan ngaji budaya. Kegiatan tersebut bertajuk "1000 Sajen dan Dupa".
Tak pernah terpikirkan, acara seperti ini bisa diselenggarakan di negeri mayoritas muslim, di Kota Malang yang identik dengan kota pendidikan nan beriman, dan mendapat dukungan dari pemerintah pula.
Untuk mengenalkan budaya Jawa, katanya. Untuk menguatkan toleransi dan moderasi beragama, dalihnya. Tapi dalam Islam, sesajen dan dupa tak ada tuntunannya. Bahkan, bisa termasuk kesyirikan, yang dosanya sampai tak termaafkan. Meskipun budaya nenek moyang, jika bertentangan dengan akidah, tentu tak boleh dipertahankan.
Lagipula, negeri ini sudah dilanda beragam bencana. Dari banjir bandang sampai letusan Semeru yang menelan banyak korban jiwa. Semua musibah ini adalah peringatan dari Allah untuk kembali pada aturan-Nya. Bukan malah memberi persembahan pada berhala yang tak berkuasa apa-apa.
Jika kita terus menyekutukan Allah dan mengabaikan syariah-Nya, tak takutkah kelak Allah akan menimpakan petaka yang jauh lebih dahsyat? Tak cukupkah berbagai bencana ini menyadarkan kita untuk segera bertobat?
Ini adalah bukti tak terbantahkan, bahwa moderasi beragama adalah ide yang menyesatkan. Berislam secara menyeluruh dilarang, tapi kesyirikan dilestarikan. Berbagai praktik agama dibaurkan. Akidah diselewengkan. Padahal Islam sendiri sudah mewanti-wanti, boleh bertoleransi, tapi tetap ada batas akidah yang tak boleh dilangkahi. Lakum diinukum waliyadiin.
Sementara permasalahan negeri, seperti korupsi, utang luar negeri, hingga pandemi, tak pernah serius ditangani. Di alam sekuler-kapitalis ini, kita terkungkung dalam berbagai problematika tanpa solusi. Narasi sesat seperti moderasi beragama terus diopinikan, makin menjerumuskan kita dalam kebodohan dan kegelapan. Alih-alih membawa sejahtera, sistem sekuler-kapitalis justru menyeret kita kembali pada kondisi jahiliyah.
Iki ayahab, ker!
Jangan sampai acara semacam ini dirutinkan. Apalagi Malang, jangan sampai jadi kota pelopor kesyirikan. Jangan biarkan bumi Arema, juga Indonesia tercinta, luluh lantak karena azab dariNya.
Gencarkan penolakan terhadap kegiatan yang membahayakan ketauhidan. Serukan umat untuk kembali pada sistem Islam, yang akan membawa rahmat bagi seluruh alam. Mereka punya 1000 sajen dan dupa, tapi itu tak akan berarti apa-apa. Kita punya Allah yang Maha Esa, Maha Kuasa. Hanya Allah swt yang memiliki aturan yang sempurna, yang akan menjadi cahaya bagi dunia. Maka, tugas kitalah untuk berjuang bersama demi menerapkan syariah. Ayo rek, berjuang bareng-bareng!
Oleh : Ventin Yurista - Malang
Pegiat Literasi
sumber : retizen.republika.co.id
Posting Komentar